#FezaJournal Sabtu, 11 Mei 2013

Hari sabtu, tanggal 11 Mei 2013…

Sama aja kaya hari-hari gw lainnya…. SEMPURNA!!! 😀 – gak perlu adagan gebrak meja sambil bilang demi ***** khan? :p –

Tapi, tentu saja setiap harinya punya cerita yang berbeda… berhubung ini adalah tulisan pertama tentang kegiatan sehari-harinya yang gw kasih hestek #FezaJournal , jadi ya agak-agak formal yak intronya – pake intro pulak 😀 –

wajib bgt klik, aselik seru bgt ceritanya :)>

Melawan kebotakan tanpa obat anti-androgen dan perawatan ‘topical’? emang bisa!?

Judul diatas adalah apa yang muncul dalam pikiran gw pas di timeline twitter nongol cuitan, berikut adalah cuitannya

https://platform.twitter.com/widgets.js

langsung gw stalking utas-annya, berikut adalah copypaste cuit-cuitannya

PENASARAN YA!? YUK KLIK BURUAN!

#FezaThoughts Jadi, gw tuh harus bagaimana sih menyikapi hidup ini?

hari ini, di kantor, tetiba sang subconscious mind berbisik “jadi, lo mau bagaimana sih mengisi kehidupan ini!?”

gw menyadari, karena selama ini gw selalu belajar (tanpa belum memulai suatu aksi atau eksekusi atas apa yang gw banyak pelajari tersebut) mostly sih via nonton youtube tentang pengembangan diri, entah itu hal seperti psikologi, religius, termasuk bisnis.

apalagi kalau tujuan bukan uang!? atau lebih tepatnya, bagaimana sih gw bisa menghasilkan uang yang lebih banyak lagi?

trus gw tetiba aja berimajinasi tadi “ok, katakan gw sekarang punya penghasilan 100 juta per bulan dan punya aset bergerak 1 M dan aset tidak bergerak 10 M, lalu apa?”

sampai sini, gw gak bisa jawab.

timbul lagi sebuah pemikiran “jadi, bagaimana kalo kita (gw dan diri gw sendiri) sembari mengejar tujuan materi tadi tersebut sembari mengisi kehidupan ini!?”

dan pertanyaan berikutnya pun timbul “gw harus bagaimana!? trus gw harus melakukan apa!?”

lucunya, gw menemukan jawabannya dari tulisan diri gw sendiri yang lagi iseng gw baca sebelum gw tulis postingan ini (https://muhammadfeza.wordpress.com/2020/12/18/ekspektasi-ataukah-attachment-yang-bikin-kita-terluka/)

jadi, mari kita konsepkan “gw tuh maunya apa aja di dunia ini!?”

Ekspektasi? Ataukah attachment yang bikin kita terluka?

Sering baca atau dengar keluhan kalo ekspektasi kita lah yang menyakiti kita.

Tapi, tanpa ekspektasi atau harapan, bagaimana kita bergerak maju? i mean, apa yang membakar gairah untuk membuat kita bergerak kalo tidak berharap?

Itu yang selalu jadi pikiranku. Lantas, benarkah ekspektasi atau harapan juga yang bikin kita terluka!?

Biasanya, gw sering dengar keluhan ini in terms of romantic relationship atau hubungan romansa.

Siang ini dalam perjalanan ke kantor klien, gw sambil mendengar podcast di youtube.

https://www.youtube.com/watch?v=R3hcCSy5OGU&t=566s

Tapi sebelumnya, udah sering mendengar dan membaca bahwa cara mendapatkan yang kita harapkan (ekspektasi bukan!?) adalah dengan letting go!

Gak tau dengan kalian, tapi ketika mengetahui ini, gw cukup sulit untuk mencernanya!

Intinya, konsepnya adalah apapun yang kita harapkan (lagi-lagi ekspektasi!), lupakan saja outcomenya. Misal, gw lagi naksir sama orang nih! yaudah, i’ll do my best “menjual diri” ke calon pasangan gw (kalo baca hal mengenai self-development, setauku instead of ‘do’, akan lebih baik ‘be’ yang maksudnya, tidak perlu melakukan! cukup menjadi (yang terbaik)! bingung khan!? :p)

Nah, setelah melakukan (menjadi) yang terbaik, ya sudah letting go!

Nah ini! yes, we EXPECT our crush to be our partner tapi pada akhirnya jadi enggaknya partner kita, we are letting go the outcome alias yaudah berserah diri aja!

Mungkin ini yang orang lain rasakan, termasuk gw kalau kita saat prosesnya sudah ‘attach’ dengan seseorang (atau sesuatu) yang pada akhirnya inilah awal dari rasa sakit yang kita rasakan!

Kita mengharapkan seseorang (atau beberapa orang mungkin!? eh) menjadi pasangan atau partner kita (harapan atau ekspektasi) lalu karena kebutuhan kita (bahkan dalam workshop mengenai hubungan romansa yang gw tahu, ada istilah namanya “berinvestasi” entah itu materi maupun waktu atau keduanya sekaligus) akan orang lain yang membuat kita akhirnya ‘ATTACH’ dan ketika outcome atau hasil akhirnya tidak sesuai dengan ekspektasi kita, kita merasakan sakit (hati)!

Coba deh kita tiap hari keluar rumah, lantas bertemu beberapa orang dan berpisah dengan orang tersebut (yang tidak kita kenal) lalu kita nelangsa, gundah gulana karena berpisah dengan mereka!?

“Yaiyalah! Itu khan stranger! gak ada juga yang expect tiba-tiba jadi pasangan atau partner kita khan!? EXPECT!”

Ok. Tapi katakan kita sering bertemu orang yang sebut saja dia good-looking dan kita menyenangi untuk memperhatikannya setiap saat dan EXPECT akan bertemu lagi keesokan harinya dan esoknya lagi dan lagi dan lagi!?

Apakah perpisahan (sementara) di hari itu bikin nelongso? gundah gulana? i don’t think so!

It simply because we haven’t attach yet! in my opinion!

Tulisan ini adalah buah pikiran ku selama perjalanan ke kantor tadi siang 😀

Dan cukup menjawab pertanyaan ku sendiri mengenai “jadi letting go tuh gimana sih practicallynya!?”

Kalau menurutmu gimana?

Tahun Baru, resolusi baru?

Kalian termasuk orang yang membuat resolusi kah setiap akan memasuki tahun baru?

Sedihnya, gw enggak!

Ya gimana mau membuat suatu gebrakan dalam hidup atau hanya sebuah perubahan kecil di dalam hidup, jika tujuan dan/atau target hidup aja tidak pernah dibuat.

Entah itu namanya resolusi, goal, target, dan yang sejenisnya, seringnya gagal dicapai ya gak sih!?

Beberapa hari lalu, di beranda youtube gw muncul video TEDx berikut, yang ternyata berkenaan dengan goal atau target dan bagaimana memungkinkan kita untuk mencapainya.

https://youtu.be/TQMbvJNRpLE

Kesalahan yang ternyata sering gw buat adalah, dalam membuat goal atau target, goal atau target tersebut dibuat sebesar-besarnya sehingga menjadi tidak realistis untuk mencapainya dan ditambah tidak didukung oleh rencana eksekusinya.

TEDx kali ini cukup mengubah paradigma gw!

Ternyata, goal atau target yang besar (DAN REALISTIS) mampu dicapai dengan tindakan kecil namun berkesinambungan.

Sebenarnya, sering sih mendengar mengenai hal ini. Namun entah karena menganggap remeh tindakan yang kecil, jadilah sering tidak dilakukan. Padahal ketika suatu tindakan (besar) perlu dilakukan, muncullah kemalasan atau penundaan ya karena itu tadi, dibutuhkan suatu tindakan (besar) untuk meraihnya.

Tindakan kecil tidak dilakukan karena meremehkan namun di sisi lain tindakan besar juga tidak dilakukan.

Ini tuh mengingatkan salah satu prinsip atau hukum Alam Semesta yaitu The Principal of Least Action atau asas tindakan terkecil, dimana Alam Semesta bergerak (relatif) menggunakan energi se-minimal mungkin.

Tulisan ini gw buat untuk menjadi pengingat diri sendiri, kapanpun dan di manapun agar tetap melakukan tindakan kecil yang dibutuhkan dan tidak meremehkan tindakan kecil tersebut.

*tulisan ini diketik setengah jam menjelang tengah malam di kantor 😀

mengenal gaya percintaanmu

Blog ini gw tulis karena sharing is caring, setelah gw mengikuti quiznya, yang manakah gaya percintaanku.

Setiap manusia itu unik. Dan ternyata, masa kecil dan lingkungan kita sangat mempengaruhi bagaimana kita berperilaku dalam mencintai orang lain.

Lalu bagaimanakah hasil quiz gw!?

Ternyata, gw adalah seorang Pleaser dan Avoider dengan nilai yang sama. 50%

sebenernya, Avoider ini jadi ‘focus area’ dan bukan ‘needs work’. karena di foto avoider sebelumnya, masih ada satu baris terakhir yang tidak masuk dalam ‘screenshot’

Lantas, karena memiliki dua gaya percintaan, apakah persamaan dan perbedaannya?

nah, yang mau tau gaya percintaannya, bisa ikut quiznya 👇

Love Style Quiz

disclaimer:

#FezaJournal 17 April 2020 Makan Orange Blaster teringat bosque yang lagi ulang tahun, SELAMAT ULANG TAHUN, BOSQUE!

orange blaster dalam wadah sekali pakai

Jadi, hari ini gw ngidam Orange Blasternya Warung Upnormal, dan gw pertama kali ngerasain jenis makanan ini, karena waktu itu si bosque pesan menu ini DAN GW TENTU SAJA MINTA! 🙈

Waktu itu, kita baru kelar latihan HIIT di GOR Soemantri Bojonegoro, Kuningan.

Berhubung orangnya hari ini ulang tahun, gw sekalian mau ngucapin SELAMAT ULANG TAHUN, BOSQUE!

#FezaJournal 16 April 2020 bereksperimen dengan non-fasted state workout

Beberapa hari ini, gw selalu berjalan kaki dengan menghabiskan waktu tempuh 2,5 jam dan 12 km jarak tempuh dan membakar ± 400an kkal tepat sebelum mematahkan (baca: break) intermittent fasting. Jadi, gw secara harfiah ngabuburit dengan berjalan kaki.

Tujuan yang mau dicapai adalah — CMIIW ya –:

1. Dalam keadaan tidak mengonsumsi apapun, secara alamiah tubuh menggunakan nutrisi yang ada didalam tubuh — dalam hal ini lemak tubuh — sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi.

2. Dari beberapa sumber yang gw baca — sumber terkait menyusul –, olahraga dengan intensitas rendah, langsung menggunakan lemak tubuh sebagai bahan bakar dalam menghasilkan energi.

3. Ada penelitian — sumber terkait menyusul — yang menyatakan bahwa olahraga dalam keadaan berpuasa lebih efektif membakar lemak tubuh.

Jadi, karena 3 alasan tersebutlah, gw memutuskan untuk melakukan jalan kaki beberapa jam sebelum mematahkan (baca: break) intermittent fasting.

Namun,

Terkait dengan alasan no 3 diatas, ada penelitian lain yang menyatakan bahwa latihan/olahraga/workout dengan berpuasa maupun tidak, tidak berdampak sistemik alias hampir tidak ada perbedaannya.

Hari ini, gw intermittent fasting selama 16 jam, dimana waktu mematahkan (baca: break) intermittent fastingnya jam 3 sore. Tebak makanan pertama yang jadi korban kebiadaban mulut gw!? Triple Chocolate Donut nya Dunkin Donut yang dari jam 12 siang udah pengen gw sikat aja kek mau ngasih pantun (CAKEP!).

Setelah 1 donat utuh yang jadi korban, akhirnya korban berikutnya adalah teh botol ukuran 330 ml tentu saja sajikan selagi dingin ya, wak! Semua secara lahap gw habiskan tepat sebelum memulai jalan kaki.

Terima kasih buat myfitnesspal yang udah ngasih tau berapa kalori donatnya.

Jadi, 1 Triple Chocolate Donut = 420 kkal plus teh botol ukuran 330 ml = 100 kkal, udah habis aja jatah 520 kkal.

Gw menghabiskan 1 jam berjalan kaki sebelum memutuskan buat makan di RM Padang, karena gw mau memulai intermittent fasting lebih cepat, dengan rencana jika dimulai jam 4 atau 5 sore, dan berniat puasa selama 24 jam (lebih?), maka gw mematahkan (baca: break) intermittent fasting keesokan harinya tetap dengan ngabuburit 2-3 jam berjalan kaki.

Setelah makan yang gw kira-kira menghabiskan 800 – 900 kkal, gw memutuskan sejam lagi mau minum teh botol lagi 🙈.

Kenapa harus nunggu sejam!? Karena kandungan tanin pada teh dapat mengikat protein sehingga jadi lebih sulit diserap oleh tubuh. Sayang khan!?

O iya, target konsumsi kalori gw hari ini 1.500 kkal dan defisit kalori500 kkal, jadi ya kira-kira genap tercukupi.

total perjalanan hari ini
foto tepat 12 jam berpuasa (kurang 1/2 jam sih 🙈)
foto tepat setelah berjalan jauh mengarungi hidup ini (halah!)

#FezaJournal 15 April 2020 my new chapter in life (?) — cekileh 🙈 —

Hi Everything 👋👋

Tadinya gw pikir ini tulisan pertama gw — di blog — di tahun 2020, ternyata tulisan kedua 😂.

prolog (baca: realita saat tulisan ini sedang dibuat) : mencoba menulis blog 30 menit sebelum waktu tidur, karena tidur 8 jam itu penting, ya sepenting kamu buat ku di hatiku! — makjleb 🙈 — ditambah tampilan wordpress for android yang baru yang gak tau nih dimana letak italian style fontnya jadi gak bisa memiringkan huruf — besok aja dieditnya di laptop 🙈 –.

It’s been years gw gak menulis peristiwa penting — yang mana banyakan gak pentingnya gw rasa! 🙈 — , ya seperti pertama kali naksir kamu misalnya!? 😋✌ ah tapi naksir kamu sih gak begitu penting, kalau aku tidak/belum bisa membahagiakan kamu 🙈.

Long story short — maklum anak JakTim keSELATANSELATANan 😂 –, beberapa hari ini gw melakukan tindakan yang radikal — bukan! bukan! radikalisme atau tindakan radikal mengarah ke ya-you-know-lah-ya — yang adalah jreng jreng jreng…

hmmm… apa yah namanya (bingung sendiri, monolog), hal pertama yang gw lakukan adalah memperbaiki pola makan — gw rasa kalau gw sebut diet, akan banyak yang salah menduga — dan pola latihan — mengingat tempat gym tutup –.

Hari ini, tanggal 15 April 2020, gw melakukan salah satu breakthrough pertama, yaitu intermittent fasting (alias gak makan apa-apa, termasuk makan teman 🙈) selama 24 Jam 40 menit! — sila beri tepukan dengan gemuruh! 👏👏 –.

Dan…. 2,5 Jam sebelum gw patahkan (baca: break) intermittent fasting, gw mulai jalan kaki in terms of olahraga/membakar lemak/menuju ke hatimu 🙈.

Yang masih PR buat gw sebenarnya adalah defisit kalori! sekilas info, untuk membakar lemak di tubuh, salah satu cara yang paling penting adalah defisit kalori yaitu jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh kurang dari yang diperlukan oleh tubuh untuk menyupport tubuh untuk hidup, sehingga tubuh yang kekurangan energi karena defisit kalori ini akan menggunakan cadangan lemak tubuh sebagai pengganti kekurangan kalori tersebut — panjang ya, wak! –.

Tapi, semoga besok gw sudah benar-benar men-track kalori yang masuk.

Dan semoga kalau suatu saat aku bertemu kamu nanti, aku sudah bisa membuatmu melirik 🙈.

epilog : kemarin (selasa) sih nimbang di jam 5 sore, berat badan gw di 68,1 kg dimana hari minggu sebelumnya, berat badan gw di 70 kg, dan tadi di jam 4 sore menimbang — mengingat dan memutuskan (halah!) — dalam keadaan masih intermittent fasting 22 jam, berat badan gw di 67,7 🙈

selesai nulis di 5 menit menuju waktu tidur — tapi mandi dulu 😁 —

#FezaJournal 2 Januari 2019

Akhirnya….. setelah ribuan purnama, gw mencoba untuk aktif kembali. Aktif ngeblog maksudnya.

Hari ini dimulai saat gw secara impulsif mendatangi Puskesmas Duren Sawit buat menemui Psikolog. Yes… ketika gw posting ini di instastories, banyak (gak banyak juga sih! 🙈) yang nanya “lo kenapa!?”.

Rencana awalnya gw datang menemui Psikolog, karena gw butuh approval atau diagnosa dari seorang yang berkompetensi buat mendiagnosa apakah gw memiliki suatu gejala disorder atau tidak. Gw ingin tahu, apakah gw memiliki ADHD atau tidak. (Googling sendiri yak ADHD itu apa! 😋)

Sebuah pengakuan! 😁✌

gw bertolak ke Puskesmas langsung dari kantor dan tidak pulang dulu, jadi saat itu gw belum mandi! (🙈)

Iya, gw menginap di kantor malamnya. Kantor gw enak deh! (Lha malah promosi! 😒)

Sekalian gw mau menjelaskan adab-adabnya kalau kalian juga mau mencoba untuk mendatangi Psikolog di Puskesmas.

Yang pertama.. kalian kudu daftar dulu di loket pendaftaran. Dan nanti setelah mengambil nomor antrian dan dipanggil, kita dimintai beberapa keterangan untuk database mereka lalu memberikan kita semacam kartu Puskesmas.

Yang kedua, kita diminta untuk ke ruang Psikolog di lantai 3 dan menunggu didepan ruangan Psikolog tersebut.

Sesi masing-masing pasien dengan Psikolog adalah 1 jam. Tapi kayaknya gw tadi 1 1/2 jam sendiri! (🙈) Karena gw adalah pasien terakhir. O iya, Poli Psikolog ini cuma sampai jam 12 siang, walaupun tadi gw dipanggil masuk kedalam ruangan jam 1 kurang 10 apa 20 menit. Dan berakhir di jam 2 siang.

Lantas, apa yang terjadi selama di dalam ruangan?

Sang Psikolog pertama menginput data-data gw. Data-datanya lebih berupa gambaran keluarga gw dan kehidupan gw sebelumnya.

#FezaGoesToJapan Chapter Hokkaido Day 2

me at Maruyama Park, Sapporo, Hokkaido on Cherry Blossom season
20180502_123504
mandatory picture of me before exploring the city

SAKURAAAAAAAAAAA!!!!! ARRRRRRRGGGGGGHHHHHHHH!!!!!

iya… gw se super excited itu mau liat sakura… ya karena salah satu wishlist gw ke Jepang saat itu ya mau liat sakura! wooohhhoooo…

Tapi……

Gw liat sakuranya dimana!?

Setelah searching-searching,